Sabtu, 18 Oktober 2014

Jubah unguku

0 komentar

Berat ku simpulkan bibirku
Tangan mengepal erat
Tatapan kosong penuh tabu
Langkah kaki terikat
Dari angkuhnya waktu

Entah kapan ini berlalu
Ruang kosong menyergap
Bayang semu penuh palsu
Leher tercekik terasa

Jika ini yang terjadi
Apa dayaku
Kuasamu melebihi segalanya
Aku hanya keledai dungu
Yang tak tau diri

Gelap kurasa waktu memenjara
Dingin kelam menusuk tulang
Ingin kurobek jantung
Apa dayaku kuasa
Seandainya saja, seandainya

Angkat aku dari lumpur dunia
Semakin pekat kurasa
Jalan gelap menanti
Semakin sakit kurasa
Saat jalanku bukan darimu
Melainkan dariku

Jumat, 17 Oktober 2014

Keledai dungu

0 komentar

Terkadang hidup ditantang untuk berdiri tegak menghadapi segalanya. Namun raga terlalu rapuh untuk sombong dengan kedua pijakannya. Banyak hal tak terpecahkan bahkan soal hati, siapa yang tahu akan hati kita jika diam adalah jawabnya. Terkadang cobaan datang menghampiri disaat yang tidak tepat, walau sebenarnya cobaan memang selalu tidak tepat. Tapi apa dikata Tuhan tak pernah salah, kita hanya diminta menunggu dan bersabar, apa skenario kita selanjutnya. Bagai panggung sandiwara yang kita terkadang mendapat peran yang bukan diri kita, tapi apa mau dikata, itulah peran kita.
Berada dalam suatu gelas kaca memang sangat sakit. Dunia luar begitu indah dari balik kaca, namun kita hanya disini menunggu kapan waktu kita habis.
Terkadang aku merenung dalam sepi malam, mengibaratkan hidup ini seperti sebuah pertandingan sepakbola, setiap menit segala hal bisa terjadi jika kita lengah, berebut bola demi kemenangan. Kita berada dalam satu tim, dimana satu sama lain percaya untuk sebuah kemenangan. Bertarung hingga peluh menetes habis, saat peluit dibunyikan itulah "waktu" kita habis, dan entah apakah kita meninggalkan lapangan dengan senyum atau sebuah penyesalan. Tergantung dengan apa yang kita lakukan di lapangan tadi. Seperti itulah hidup bagiku, perjuangan tak pernah henti demi sebuah kemenangan saat sebelum waktu kita habis.
Terkadang aku berpikir untuk apa aku ini, disini hanya untuk menyakiti malaikatku. Teiris hati ini saat melihatnya sedih karenaku, wajahnya semakin menua, beban hidup tak berkurang.
Aku mau menukar apa saja Tuhan untuk kebahagiaannya, berilah aku jalanMu.
Amin.

Minggu, 05 Oktober 2014

Indah malam

0 komentar
Tersenyum aku menatapmu Tuhan.
Apakah ini tandanya Kau inginkan aku berhenti sekarang.
Jika iya kuatkalah pundakku, besarkanlah hatiku,
saat aku pulang nanti aku berharap aku mendapat pengampunanmu.
Tuhan banyak hal yang kau gariskan untukku.
Jika kau menyuruhku berhenti, aku terima Tuhan.
Cukup bagiku untuk berangan lagi.
Malam ini rumahmu mengadakan pesta,
 pesta yang harusnya menjadi pesta yang indah untukku.
Sampai sekarang apakah aku masih pantas berharap?
Jika malam ini saja kau menggariskan hal lain dan ingin membuka mataku.
Kesombongan yang ada padaku menutup semua pintu hatiku untuk mendengar semua sabdamu. Tuhan tetimakasih, kau menitipkannya pada seseorang yang benar- benar mencintainya begitupun sebaliknya.
Aku bahagia jika seandainya ini nyata.
Karena angkuhku anggap ini semu.
 Aku tak tahu apakah setan atau malaikat yang membisikiku.
Akhirnya, aku bisa merasakan apa yang tertulis olehmu untukku.
Aku titipkan kisahnya kepadaMu,
aku mohon buatlah indah. Amin